Ketika berhasil mencuri ….


Bertambah usia, bertambah pula pengalaman, teman, dan kegiatan. Baik kegiatan untuk urusan pekerjaan atau hanya sekedar tuk pergaulan semata.

Semakin banyak jumlah teman atau kenalan, tentu, bertambah banyak pula interaksi dan aksi yang kita temui hingga menimbulkan reaksi. Ada yang positif, tapi juga muncul reaksi negatif. Semuanya harus saya hadapi dan diterima, demi melanggengkan sesuatu hal atau demi memberi pelajaran bagi diri kita sendiri. 

Ya, sebuah pelajaran berharga yang bisa kita dapat dengan memperhatikan prilaku orang, cara bicaranya, pemikirannya, bahkan bahasa tubuhnya. Semuanya itu, harus saya curi. Apalagi kalau itu adalah hal yang positif. Sementara, jika ada yang tak bagus, meski saya tak mencurinya, tapi biasanya sudah terekam sendirinya dalam ingatan kita. 

So, yang baik menurut kita, tiru dan amalkanlah. Yang negatif, ya buang jauh-jauh saja. 




 
Kini, semakin menginjak usia yang semakin matang, dengan lalu lalang manusia disekitar saya, semakin banyak pula hasil curian yang saya dapatkan dan saya simpan di suatu ruangan besar, karena cukup banyak yang saya curi dari si ini dan si itu. Tak cukup kalau harus ditampung dalam ruang yang sempit, nanti berceceran tak berjejak.

Ya, ruang besar itu bernama hati. Hati seluas samudra berusaha saya ciptakan untuk menampung segala energi positif yang saya terima selama lebih dari seperempad adab ini.

Namun, tak semua hal positif itu membahagiakan saya. Ada diantaranya yang justru membuat saya sedih, haru bahkan terguncang. Tapi, sudahlah...semuanya itu perlu ditanam dengan baik. Karena, biasanya oleh hal itu pula saya bisa menghalau energi negatif.

Berterima kasih kepada Tuhan, yang banyak memberikan saya teman-teman atau kenalan, yang masing-masing dari mereka ada yang memberikan sifat dan sikap positif yang berhasil saya curi. 

Saya curi bagaimana cara mereka berinteraksi, bagaimana cara mereka menjawab pertanyaan yang diajukan, pilihan kalimat dan kata-kata merekapun, jika itu bagus menurut saya, maka akan saya rampok. 

Pun, ketika bahasa tubuh mereka menyiratkan tuk menyikapi suatu masalah. Ada yang berpura-pura tenang, padahal galau. Ada yang sok pintar dan sok tau, padahal standar-standar saja. Dan ada yang keliatannya bijakasana, tapi rupanya banyak kekurangan. Sebaliknya, yang terlihat diam dan 'bodoh” justru menyimpan “emas', yang juga patut saya curi emas itu, supaya saya bertambah kaya.

Apapun itu, yang pasti hasil curian tadi akan saya simpan baik-baik. Dan akan saya bagikan hanya kepada yang bertujuan baik pula.

Namun, untuk yang menyebarkan hal negatif dalam kehidupan ini, saya juga berterima kasih kepada Tuhan. Karena, justru dari situlah kita bisa menilai dan menimbang sesuatu hal, sehingga menghasilkan sebuah keputusan atau sikap yang baik.

Kata orang, takkan ada sebutan positif, jika tak ada yang negatif. Meski yang negatif, tentu tak akan saya curi.

Terimakasih untuk orang-orang yang rela telah saya curi ilmunya, bahkan rela memberikanya secara cuma-cuma pada saya. Baik ilmu secara sikap, pemikiran, kehidupan, maupun ucapan mereka yang penuh inspirasi dan kebaikan itu.

Ya, mencari pengalaman atau menambah ilmu, tak harus pergi jauh-jauh sampai ke negara Venezuela. Disekitar kitapun banyak kisah-kisah yang bisa kita ambil manfaatnya, agar bisa menguatkan diri, tuk membentuk kepribadian yang lebih kokoh lagi. 

Ah, senangnya saya sudah berhasil "mencuri".....








No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..