Hujan : Berkah Vs Serba Salah


Hujan itu ada diantara berkah dan serba salah. 
Mengapa begitu..?

Ibarat liriknya lagu Ebiet G Ade: Coba kita renungi,...

Ya, cobalah kita renungi teman-teman, turunnya air dari langit itu, bukan hanya faktor reaksi alam semata, tapi juga kehendak Tuhan. Tanpa kehendakNya, air dari langit itu tak akan turun ke bumi.  So, karena itulah,  hujan bagi manusia adalah berkah yang luar biasa.

Dengannya, persawahan bisa dialiri, tetanaman dan pepohonan bisa tercurah air, jalan yang berdebu jadi basah, sumur jadi penuh. Terutama tipe sumur tadah hujan yang memang mengandalkan air hujan untuk membuatnya tetap beriak. So, kalau ujung-ujungnya hujan sebabkan banjir, ya, jangan salahkan hujan, dong. 

Kalau menurut beberapa pengamat perkotaan, banjir di Jakarta ini disebabkan oleh  tata ruang (pembangunan gedung bertingkat dan mall) dan daerah resapan air di wilayah kita yang tak berfungsi dengan baik, sehingga tak bisa menampung atau menyerap air hujan, yang akhirnya meluap kemana-mana. Belum lagi faktor sampah yang menyumbat beberapa saluran air dan sungai. Semuanya ulah manusia, kan..?

Berkah lainnya yang saya dapat dari hujan adalah jadi malas jalan-jalan ke mall atau ketempat-tempat hangout lainya. Karena, pas mau jalan, udah takut duluan kalau-kalau hujan datang mendadak, bisa berabe, hihihi. Apalagi kalau melihat awan yang mendung bin gelap, jadi keder duluan, deh. 

Kebetulan, akses jalan tuk menuju kawasan mall favorit yang sering saya sambangi, terhadang banjir. Jadi, saya gak mau nekad menerobos air setinggi lutut bahkan lebih itu,  hanya gegara pengen cuci mata doang. So, mau gak mau, sudah dua minggu ini saya absen masuk mall, hihihi. Itu artinya, saya bisa menghemat uang. Karena tau sendirikan, kalau jalan ke mall.... haduh bisa laper mata, cin.

Ngeliat tas ciamik, ngelirik. Ada penampakan high heels rupawan, mendekat. Eh, bertaburan pula baju-baju cantik nan trendy, biasanya hati langsung tergoda tuk membelinya. Padahal belum tentu kita butuh sama tuh baju atau akan sering memakainya. Cuma tergoda nafsu sesat dan sesaat doang, biasanya. Belum lagi yang namanya makanan dan kue-kuean beraneka bentuk, rupa, warna dan aroma...aih...bikin diet jadi kacau, deh, hehehe

So, gegara sudah dua pekan menghabiskan waktu weekend di rumah saja tanpa ke mall, uang di ATM saya, aman. Berkah dong buat saya. Iya, kan.. ? Hehehe..


Nah, selain berkah, hujan juga bikin serba salah.
Tau sendirikan, kalau udah punya janji sama seseorang, entah itu klien, narsum, keluarga atau teman, bisa batal tuh gegara hujan. Atau, yang sudah punya rencana tuk melangsungkan kegiatan ini-itu, bisa gak berjalan mulus, karena terhalang air yang mengucur dari langit. Dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa tertunda, karena tak kita tak mampu menghalau hujan.

Meski begitu, saya salut untuk warga yang masih tetap “nekad” mau melangsungkan acara pernikahannya ditengah cuaca hujan dan banjir yang mendera rumah atau kawasannya. Angkat topi, deh, sekaligus saya kirimkan simpati untuk mereka. Ya, kalau acara sakral seperti itu mau ditunda, gimana cerita? Undangan sudah disebar, semuanya sudah diatur, penghulu sudah siap, keluarga dekat dan jauh juga sudah standby, jadi gak bisa dibatalin seenak saja, cuma gegara kedatangan banjir atau hujan. 

Gambar dibawah ini adalah salah satu cerita tentang mempelai wanita, Tri Yulianti  dan Idi,  yang tetap melasanakan pesta pernikahannya, meski harus melalui banjir, karena limpahan Kali Mookervaart, pada Senin, 13 Januari 2014, lalu,  di Kp Pesing Garden, Rt 13/02, Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Tetap langsungkan pernikahan, meski banjir melanda.
 
Ya, meski kediaman mereka diterjang genangan air setinggi 80 cm-1 meter, pesta pernikahan tetep digelar.  Wargapun berbondong-bondong datang memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai.  Cerita dan foto tentang sang pengantin ini, saya ambil dari  sini.  

Semangat, mbak, om..!

Itu baru  sedikit cerita dibalik hujan yang melanda, hingga sebabkan banjir. 

Nah, mari sekarang kita lihat ke tempat lain, yuk.
 
Ibu-ibu atau bapak-bapak yang berjualan di pasar, jadi pada ngerumpi dan bisa main arisan, lho, dengan sesama pedagang. Kenapa? Ya, karena sepi pembeli, lah. Bisa ditebak dong, kalau hujan, orang akan malas dan serba salah mau keluar rumah, walau itu untuk urusan isi perut sekalipun. Walhasil, beberapa gerai toko yang ada di mall atau di pasar tradisional, lumayan berkurang pemasukannya. Apalagi, yang wilayah atau akses tempat mereka buka lapak itu terkena banjir, walah tambah gigit jari, deh. Begitu yang saya lihat liputannya di beberapa stasiun TV. 

Belum lagi soal jemuran, yang dipastikan bakalan eksis berhari-hari tuh nangkring di jemuran, sampe berebutan kavlingan tali jemuran sama anak-anak kos yang lain, hehehe... Tapi, syukurlah hari ini dan kemarin, jadi sudah 2 hari dong ya, cuaca Jakarta begitu bersahabat dan cerah sekali. Sepanjang pagi sampai sore, matahari begitu gagah menampakkan sinarnya. Aktifitas dan kegiatan wargapun berjalan normal kembali. Ada yang sibuk jemur kasur, yang cuci baju atau hanya sekedar mengangin-anginkan pakaian yang tak kering-kering, meski sudah dijemur beberapa hari.

Sayapun euphoria dengan hal ini.

Setelah sekian lama menunda mencuci baju, karena hujan tak kunjung usai, namun, karena semakin menumpuk, ya, mau gak mau harus saya bereskan. Tapi nyicil, karena kalau saya cuci semua baju kotor yang jumlahnya banyak itu, maka jemuran lantai atas tempat saya kos, akan membludak sekali dipenuhi oleh rupa-rupa pakaian dari berbagai jenis. Karena saya tau, anak-anak lain juga masih menggantung cuciannya dijemuran karena tak kering-kering itu.

Tapi, Alhamdullilah, karena dua hari ini cuaca begitu cetar membahana, maka jemuran saya di episode pertama sudah kering, setelah 3 hari nangkring di jemuran. Lantas, kemarin saya lanjut menjemur kasur busa yang sudah sangat lembab, selembab pipi saya, sambil lanjut mencuci baju episode kedua, dan kering hari itu juga. Sesuatu, bo. Berasa kayak baru pertama kali ketemu cuaca panas aja, hihihi.. . Dan, hari ini saya lanjut lagi cuci baju episode ketiga. Walah, tiap hari nih ceritanya nyuci baju, yak..hehehe. Iyalah, mumpung matahari lagi nongol, hehehe..

Ya, sudah hampir dua minggu cuaca Jakarta mendung kelabu. Hujan tak bosan-bosannya melimpahkan air ke bumi. Deraaaass sekali, tiba-tiba berhenti sejenak. Mulai gerimis lagi..perlahan-lahan..lama-kelamaan kembali deras dan lamaaaa. Kemudian diam sejenak. Lantas, basah lagi. Begitulah kurang lebih ritme hujan yang terjadi sekitar seminggu lebih belakangan ini. 

Bahkan, kurang lebih di sepuluh hari yang lalu, hujan deras seharian, dari dini hari sampe malam. Hasilnya? Tentu bisa kita tebak, banjir besar mengepung Ibukota tercinta. Beberapa wilayah langganan banjir seperti Kampung melayu, kampung Pulo, kelapa gading dan beberapa daerah lainnya, memaksa penduduknya keluar dari rumah tuk mengungsi, karena tak mungkin mereka tinggal dirumahnya ketika tempat tinggalnya bak kubangan air sungai.

Kini, banjir mulai surut. Namun, di beberapa wilayah Jakarta seperti Kampung Melayu, rumah warga masih dikepung banjir ketinggian kurang lebih 80 cm. Warga, masih mengungsi di bawah jembatan fly over kampung melayu. Mereka masih butuh uluran tangan. Pun, warga yang sudah kembali kerumahnya, masih tetap perlu bantuan. 

Ya, mereka butuh bantuan saat banjir dan sesudah banjir..


Banjir masih rendam rumah warga gang 5 Kampung Pulo Jak-Tim (26/01/14) 

Pengungsi yang masih bertahan di bawah Fly Over Kp Melayu JakTim.

Dua foto diatas, saya ambil dari akun twitter @reporterjail dan @Om_JOI melalui RT dari @TMCPoldaMetro pada Minggu, 26 Jan 2014

Mereka perlu makanan, minuman, obat-obatan, pampers, pembalut, susu bayi, selimut, pakaian, karbol, sabun mandi, shampo dan sebagainya.

Untuk itu, kita bisa salurkan bantuan melalui beberapa akun twitter yang menyalurkan support anda untuk sedikit berbagi rezeki kepada warga yang saat ini membutuhkan.

Beberapa akun itu, antara lain :
@greenradiofm @JakBergerak @Emak2Blogger @ACTforHumanity  @Srbergerak @MakelarSedekah 

Ya, dengan memberikan bantuan, setidaknya itu adalah berkah buat kita, karena sudah berbagi kepada warga yang hidupnya saat ini jadi serba salah, karena banjir.

No comments

Hai,

Silahkan tinggalkan komentar yang baik dan membangun ya....Karena yang baik itu, enak dibaca dan meresap di hati. Okeh..