Bersantai di Pulau Rambut.... |
Sudah lama mataku tak dimanja oleh pasir putih dan suasana pantai. Tlah lama pula tubuh sexy ini tak dibelai sepoain angin
laut. Oh, kangen dengan kicau burung dan oksigen hutan beserta penghuninya. Eh, tetiba, di week end yang cerah ada yang mengajak liburan. Hajar...! Yuhuuu, berlayarlah tubuh ini ke Pulau Rambut, Sabtu (24/5/2015) lalu. Pernah mendengar
nama pulau ini? Saya sih baru tau tentang pulau ini, ya
kemarin itu, hihihih. Pulau Rambut ini salah satu pulau
yang berada di gugusan kepulauan seribu juga, kok.
Bersama
teman-teman dari Perusahaan Investasi, Reksadana dan TRASHI
(Transformasi Hijau), kami bertemu di gedung Reksadana, Jakarta Pusat,
agar berbarengan menuju Pulau Rambut. Sebagian lagi langsung menuju ke
pelabuhan. Pukul
07.30 WIB kami berangkat dari gedung itu.
Wow, gedung Reksadana itu cetar, lho, desainnya antik. Pilarnya, gak nahaaaan. So, pagi-pagi buta, sambil menunggu yang lain datang, saya mengabadikan dulu gedung mewah ini.
Saya pikir, untuk menuju ke Pulau Rambut, akan melalui pelabuhan Muara Angke yang ajib-ajib itu. Setahun yang lalu, saya pernah kesana untuk menuju ke Pulau Harapan. Masih terbayang semerawutnya pelabuhan itu sampai sekarang. Padahal, wisatawan tiap hari mondar mandir di pelabuhan kumal itu.. :(((
Wow, gedung Reksadana itu cetar, lho, desainnya antik. Pilarnya, gak nahaaaan. So, pagi-pagi buta, sambil menunggu yang lain datang, saya mengabadikan dulu gedung mewah ini.
Saya pikir, untuk menuju ke Pulau Rambut, akan melalui pelabuhan Muara Angke yang ajib-ajib itu. Setahun yang lalu, saya pernah kesana untuk menuju ke Pulau Harapan. Masih terbayang semerawutnya pelabuhan itu sampai sekarang. Padahal, wisatawan tiap hari mondar mandir di pelabuhan kumal itu.. :(((
Oh, untunglah, kami tak melalui itu...
Kami berangkat melalui pelabuhan tanjung pasir yang berada di Banten. Buset, jauh bingit perjalanan daratnya, sekitar 2 jam dari Jakarta. Sampai di pelabuhan, kami langsung naik kapal nelayan sewaan. Beberapa temna yang sudah lebih dulu datang, sudah duduk cantik di kapal. Setelah formasi sekitar 30 orang lengkap, kapal pun berlayar...yuhuu...
Wow, sepanjang perjalanan, kami disuguhi dengan aksi burung-burung laut. Ada yang terbang bergerombol. ada yang berwarna putih, hitam ada putih lurik hitam. Kawasan Pulau Rambut, memang terkenal dengan surganya burung laut. Burung-burung ini ada yang berasal dari Australia dan bermigrasi ke Pulau Rambut.
Perwakilan
dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI,
Warsajah menyebut ada sekitar 50 jenis burung di sekitar tempat ini. Ada
jenis burung kicau, burung air dan bangau. Jumlahnya sekitar 10
hingga 20 ribu burung. Tak heran, dalam perjalanan laut untuk menuju ke
tempat ini, ratusan burung burung laut itu memperlihatkan
aksinya sepanjang perjalanan. Keren euy, jarang-jarang melihat burung. Sayang, burung-burung itu jauh, jadi tak tertangkap di kamera ponselku. Tapi, penampakannya persis seperti gambar yang saya pinjam di bawah ini.
Cuma butuh waktu duduk 30 menit di kapal, eh..sudah nyampe...:)) Ternyata dekat ya ke Pulau Rambut dari pelabuhan ini. Kirain bakal berjam-jam, hihihih.....
Dermaga Pulau Rambut.. |
Singgah
di dermaga pulau rambut, udara sejuk dan sepoi angin laut langsung
menyapa kami. Kamera handphone langsung dimainkan untuk selfie di
pinggir pantai dermaga. Yang lain pun idem....wkwkwkw....
Selfie dulu yak... |
Meski
pulau ini kecil dan tak berpenghuni, tapi kami disambut dengan air
kelapa muda. Pengelola pulau, memanjakan kami dengan air minum khas
pantai itu. Aih, saya langsung mendekat dan mencomot buah degan.
Ah,..dahaga langsung hilang, berganti dengan kesejukan.
Mari minum air kelapa... |
Ayunan jaring yang diikatkan di antara dua pohon cemara pantai pun
menjadi rebutan. Tua muda ingin menikmati ayunan di pinggir pantai itu.
Maklum, jauhnya perjalanan dari Jakarta, membuat tubuh terasa capai.
Asiknya berayun-ayun.... |
Setelah
jeda sejenak. Kami berkumpul membentuk lingkaran. Pak
Buang, pengelola pulau, dan Pak Warsijah dari BKSDA DKI Jakarta, memperkenalkan diri dan
menceritakan sedikit tentang pulau yang kami singgahi ini.
Jelajah hutan
Tujuan kami datang ke pulau ini, selain refresing, juga untuk menanam mangrove. Namun, sebelumnya kami diajak lebih dulu memasuki hutan campuran di Pulau Rambut.. "Kami ajak jalan dulu ke hutan, supaya kalian bisa melihat, ada apa sih di Pulau Rambut ini?" begitu kata Pak Buang, saat kami hendak memasuki hutan.
Tujuan kami datang ke pulau ini, selain refresing, juga untuk menanam mangrove. Namun, sebelumnya kami diajak lebih dulu memasuki hutan campuran di Pulau Rambut.. "Kami ajak jalan dulu ke hutan, supaya kalian bisa melihat, ada apa sih di Pulau Rambut ini?" begitu kata Pak Buang, saat kami hendak memasuki hutan.
Saat
tiba di gerbang hutan, teman-teman pemandu dari TRASHI memperingatkan
kami agar jangan berisik dan mengecilkan volume handphone. Karena,
hewan-hewan yang ada di hutan akan lari atau tidak nyaman kalau
terdengar suara berisik. Kami menuruti perintahnya. Bukankah tujuan
masuk hutan, salah satunya, ya supaya bisa melihat hewan-hewan imut itu,
toh ??
Hmm..., saya masuk hutan lagi.. senangnya.....
Eh,
baru beberapa langkah masuk, udah ada lubang-lubang menganga. Kata
pemandu kami, itu adalah lubang biawak. Lubang itu, terjejer hampir di
sepanjang hutan. Artinya, hewan ini ada di dekat kami. Saking besarnya itu lubang, saya sampai
terperosok ke dalamnya. Deuh, keseleoh... Untung gak parah.. haduhh...
“Sssst..... diam, itu ada biawak. Jangan berisik. Kalau
berisik ia akan malu dan ngumpet, ” begitu kata salah satu pemandu kami.
Wew, akarnya gede... |
Tak jauh melangkah, kami juga melihat ular piton berlurik kuning. Ular itu bergelayut di cabang pohon. Tak bergerak. Ada yang ketakutan, ada pula yang sibuk mengabadikan gambarnya. Sayang, saya tak memotret ular itu, takutt euy.. Begitupun, dengan gambar biawak, karena dia keburu kabur...:))
Plang arah.. |
Soalnya, pengalaman sebelumnya, masuk hutan di pulau/tempat lain, perjalanannya lama bro. Ada kali 1 jam lebih buat ngelliling hutannya.
Ternyata tidak dengan hutan yang ada di pulau ini. Luas Pulau Rambut saja sekitar 45 ha, tak terlalu besar memang. Jadi, jelajah hutan pun, ya gak akan panjang, hehehe..
Yup,
di dalam hutan ini, selain menemukan hewan-hewan yang jarang dijumpai
di Jakarta, kami juga melihat akar pohon yang besar. Ada
nama-nama/plang pohon. Jadi kita tau apa nama pohon itu. Ada pula papan
petunjuk wilayah.
Sekitar
setengah kilometer menjelajahi hutan, eh..pemandu tim saya mengajak
kami menaiki menara. Hah, kaget, ada menara di dalam hutan. Tingginya
sekitar 20 meter. Kata Pak Buang, fungsi menara ini untuk memantau atau
mengawasi pulau rambut di sebelah utara. Kadang juga digunakan para
peneliti yang bertandang ke tempat ini.
Dari atas menara ini, pepohonan dan laut yang terhampar hadir di depan mata. Bisa terlihat pula luasan pulau yang tak terlalu besar.
Dari atas menara ini, pepohonan dan laut yang terhampar hadir di depan mata. Bisa terlihat pula luasan pulau yang tak terlalu besar.
Burung-burung laut berkeliaran di atas pepohonan. Ada yang terbang bergerombol, ada pula yang terbang sendiri. Seolah mereka menari dan bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya. Melihat burung–burung itu, serasa jiwa pun ikut terbang, yuhuuu...
Anak
kecil yang ikut naik menara pun, menikmati pemandangan hijua dan aksi
burung-burung laut. Ada pula yang lesehan di menara sambil ngemil. Betah
euy. Kapan lagi berada di puncak ketinggian kayak gini sambil menikmati
udara sejuk dan melihat dunia dari atas.
Sayangnya,
kami tak boleh lama ngetem di menara untuk menikmati keindahan
alam, karena tim lainnya sudah menunggu giliran. Kalau satu rombongan
yang berjumlah puluhan itu naik menara berbarengan, walah, takut roboh
bro... hihiih
Ini tim lain yang mau giliran |
Foto di menara, tak boleh dilewatkan..:)) |
Turun dari menara, jelajah hutan pun dilanjutkan.
Ternyata, menara ini berdekatan dengan mangrove. Sayang, mangrovenya gundul. Tanahnya berlumpur. Karang mati bertebaran di mana-mana. Kata salah satu pemandu kami, sepertinya, air laut sudah memasuki daratan. Itu dia kenapa tanahnya jadi berlumpur.
Karena
hal ini, perjalanan tak bisa dilanjutkan, karena becek, gak ada ojek
pula. Apalagi banyak anak kecil yang ikut. Pemandu pun membelokkan arah
perjalanan. Kami memutar melalui jalan
sebelumnya, untuk kembali ke tempat awal dan bersiap menanam mangrove.
Niat mengelilingi kawasan ini, jadi tertunda..:((
Eh, ada yang tandus.. |
Yuk, tanam mangrove
Lokasi penanaman mangrove, tak jauh dari tempat peristirahatan kami, sekitar 20 meter dari bibir pantai. Bibit mangrove yang jumlahnya sekitar 2000-an itu sudah berada ditempatnya. Kami langsung bergerak. Tanah berlumpur dengan kedalaman sekitar 10-20 cm harus kami lalui. Celana dan baju pun kotor.
Lokasi penanaman mangrove, tak jauh dari tempat peristirahatan kami, sekitar 20 meter dari bibir pantai. Bibit mangrove yang jumlahnya sekitar 2000-an itu sudah berada ditempatnya. Kami langsung bergerak. Tanah berlumpur dengan kedalaman sekitar 10-20 cm harus kami lalui. Celana dan baju pun kotor.
Yuhuuu, mari tanam hutan bakau.... |
Tak hanya orang dewasa saja yang menanam bibir mangrove, anak kecil usia 5-10 ikut menanam juga lho. Mereka justru yang antusias. Sekalian menikmati masa-masa serunya main kotoran -kotoran kali ye.. Eh, berani kotor itu kan baik.. Kata salah satu jargon iklan detergent.:)))
Ada
dua spot hutan bakau yang kami tanami. Bibit–bibit mangrove ini
disediakan oleh Reksadana. Menurut Wahyu Nugroho, Head Unit Corporate
Affair dan PKBL Reksadana, bibit pohon yang ditanam adalah jenis pohon
api-api. Penanaman mangrove di Pulau Rambut ini adalah untuk
ke-4 kalinya. Selain sebagai bentuk program CSR perusahaan, kegiatan ini
dilakukan untuk pelestarian mangrove agar pulau tetap terjaga. Dan jika
air laut pasang, bisa dihadang oleh mangrove, agar pulau tak
"tenggelam."
Yuk, tanam mangrove... |
Bye bye Pulau Rambut
Sekitar
pukul 3 sore, kapal nelayan sudah menjemput. Ah, kami
harus segera meninggalkan Pulau Rambut. Kedatangan kapal, pas sekali
dengan selesainya kegiatan snorkling. Oh, iya, pulau ini boleh juga lho
jadi rekomendasi bagi yang ingin snorkling. Beberapa
teman mencicipi snorkling usai menanam mangrove. Tapi saya tak ikut,
karena gak bawa baju pengganti. Makanya juga, foto snorklingnya gak ada
di blog ini, hhehee.
Saat teman-teman bermain air laut, saya memilih tidur-tiduran di pinggir pulau,
beralas rumput. Eh, tapi nyenyak lho..karena bawaan capek kali ya..hehehe.
Sayang,
siapapun tak boleh menginap di
tempat ini, ya, karena ketentuannya begitu. Para pengelola pulau pun
kalau malam, pulang ke tempat mereka, ke Pulau Untung Jawa, berdekatan
dengan pulau ini.
Sayangnya lagi, pantai dengan pasir putihnya itu, harus ternoda
dengan banyaknya sampah. Menurut Pak Warsijah, sampah-sampah itu,berasal dari
Jakarta. Hidih, ada bekas kemasan snack, botol kemasan dan masih banyak lagi deh...
Jadi,
sepanjang perjalanan menuju dan pulang dari Pulau Rambut, selain
dihiasi dengan burung-burung laut, ealahh, sampah pun ikut menghiasi dan
menemani kami sepanjang jalan. Pemandangan yang tak elok tentu. Untunglah pesona burung-burung laut itu, mengalihkan pandangan kami dari plastik-plastik yang mengapung itu.
Kami pulang.... |